Mungkin banyak anak muda yang tidak tau apa itu deling. Istilah yang terasa jarang sekali mereka dengar. Namun setelah mereka tau ternyata deling itu nama lain dari pring atau bambu, maka mereka sudah sangat mengenal sekali. Bahkan hampir setiap hari menjumpainya. Termasuk di Desa Branjang, bambu tumbuh subur di banyak tempat.
Dari lima dusun di Desa Branjang, salah satu dusun yang banyak tumbuh pohon deling atau bambu adalah di Dusun Dersuni. Dari pintu masuk Makam Dawa Manikmoyo kita sudah disambut dengan rimbunnya pohon deling atau bambu. Seakan menyambung jika kita terus melewati Jalan Sangku, deretan pohon bambu seakan saling menyambung. Turun di Sekepyur lalu naik ke arah Semengger barisan bambu masih mendominasi. Begitupun di sebelah utara dusun, di jalan kali sapi kita juga akan menjumpai rumpun bambu yang sampai meneduhi jalan. Boleh dibilang di Dusun Dersunilah surganya bambu.
Walaupun demikian di empat dusun lain tanaman bambu juga tumbuh dengan suburnya. Seakan menyampaikan pesan bahwa tanaman bambu benar-benar melingkari dan menjaga desa. Di dusun Branjang, deling atau bambu ini tumbuh subur di sekitar Gunung Jadi dan Krekesan. Di Truko juga banyak di Securug, Setilas dan Gogo Kulon. Begitupun di Cemanggah Kidul dan Cemanggah Lor, bambu tumbuh dibanyak tempat diluar area pemukiman warga. Dimanapun kita lewat, hampir pasti kita melihat tanaman bambu. Saking seringnya kita melihat, kadang membuat kita kurang begitu memperhatikannya. Ternyata tanaman bambu termasuk tanaman yang banyak sekali manfaatnya.
Manfaat Deling
Adapun manfaatnya antara lain, bisa menjadi menu masakan. Bisa benar – benar dimakan dan rasanya enak sekali. Tentu saja bambu yang masih muda, dan dari jenis bambu tertentu bisa diolah menjadi aneka menu masakan. Bambu yang masih muda biasa disebut bung atau rebung. Bahkan rebung bila dijadikan isian Lunpia Semarang, menjadi kuliner yang prestisius dan mahal. Namun bila hanya untuk sayur rebung, harganya sangat terjangkau.
Manfaat lainnya masih sangat banyak sekali seperti untuk bahan bangunan, pagar rumah atau halaman, pagar sawah dan kebun, tangga, kandang ayam, dinding bambu, para –para dan lanjaran tanaman, tiang bendera, reng atap rumah, kerangka kandang dan gubug, aneka kerajinan seperti keranjang, tampir, tampah dan lainnya serta masih banyak lagi. Seakan tak ada habisnya manfaat dari deling atau bambu ini.
Nilai Jual Deling
Bambu tumbuh sendiri dan merupakan jenis tanaman yang menjaga tanah dari erosi dan termasuk penyimpan air yang baik. Bagi pemiliknya bambu menjadi investasi dan sumber pendapatan. Walaupun bukan tanaman bulanan, namun tumbuhnya termasuk cepat sekali. Dalam satu atau dua tahun sudah bisa dijual lagi. Tergantung kesepakatan dan kebutuhan dengan pembeli. Biasanya pembeli akan membeli dalam partai
besar (menebas).
Setelah harga disepakati maka mulailah perjalanan bambu berpetualang dimulai. Bambu yang sudah cukup umur dipotong dan dibersihkan oleh para pekerja lalu diangkut dengan truck. Agar bisa muat banyak, harus ditata dengan rapi. Setelah siap biasanya bambu ini akan dijual lagi ke berbagai kota untuk bahan bangunan. Dan bagi pemborong bambu, dengan penggunaan bambu sebagai bahan bangunan ini selain tak kalah dengan bahan lain juga sangat menghemat biaya serta mudah diterapkan.
Namun pembeli dalam partai kecil biasanya akan mengolahnya menjadi berbagai kerajinan untuk kemudian dijual atau sebelumnya sudah mendapat pesanan. Misalnya membuat gedhek (dinding bambu), tangga, keranjang, kandang ayam dan lain-lain. Namun jumlah pengrajin bambu di Desa Branjang kian hari kian menyusut. Dalam satu dusun cuma ada 2 atau 3 saja pengrajin yang masih bertahan. Antara lain mbah Jumali di Dersuni dan mbah Sapuan di Cemanggah Lor.
Melestarikan Deling
Oleh sebab itu sebagai generasi muda kita juga harus mau mengenal dan belajar membuat berbagai kerajinan dari bambu. Mulai dari memilih, memotong, membelah sampai menganyam dan membentuk suatu kerajinan. Apalagi dengan mulai berjalannya kegiatan Desa Wisata maka alat – alat atau kerajinan dari bambu menjadi daya tarik tersendiri. Memiliki kesan unik, alami dan tradisional serta artistik sekali. Karena dengan diiringi bambulah kehidupan masyarakat desa pada jaman dulu berputar.
Mulai dari mandi di sumber dengan pancuran bambu. Bepergian pada malam hari dengan oncor dari bambu. Dinding rumah dan kerangka atap dari bambu. Pagar halaman dan kebun dari bambu. Makan sayur rebung dari bambu muda. Membawa hasil panen dari kebun dengan keranjang bambu. Bahkan anak-anak desa tentu merasakan bahagianya membunyikan mercon saat bulan puasa dari bambu. Mercon Bumbung namanya yang dibuat dari jenis bambu Petung dengan bahan bakar minyak tanah.
Demikian sekelumit cerita mengenal deling atau bambu di Desa Branjang. Mari kita lestarikan dan angkat manfaat bambu lebih tinggi lagi. Jika ingin tau cerita lebih banyak jangan lupa dolan ke Desa Wisata Branjang, wisatanya anak jaman sekarang.